Kamis, 16 Agustus 2012

Indonesia di 'Gang Senggol' Venice Biennale 2013

Koridor Arsenale (2011)

Venezia, kota di salah satu sudut Italia merupakan pusat tujuan wisata turis dunia. Kota yang terletak di tepi laut Adriatik ini punya julukan khas, The Queen of The Adriatic. Tak sekedar termasyur dengan wisata airnya, Venezia memiliki sejumlah bangunan megah berusia ratusan tahun.

Bangunan-banguna tua tersebut merupakan simbol peradaban masa lalu yang masih terawat, bahkan kerap digunakan untuk menggelar event rutin berskala internasional. Salah satu pesta akbar yang digelar setiap 2 tahun sekali di sekitar Venezia adalah pameran seni kontemporer Venice Biennale.

Venice Biennale tercatat sebagai salah satu ajang mempertemukan ide dan hasil kreasi seni kontemporer dari berbagai belahan dunia paling megah dan paling tua dalam sejarah penyelenggaraannya. Pameran ini pertama kali digelar pada 1895.

Jika dalam dunia olahraga, Venice Bienalle sering disebut sebagai ajang olimpiade para seniman dunia. Disinilah mereka seniman instalasi, pemahat, pelukis, dan seniman video bertemu dalam satu ajang.

Seniman dari berbagai penjuru dunia ini mempertontonkan karya artistiknya dengan tujuan meningkatkan pengetahuan publik terhadap seni kontemporer.

Sekedar untuk memberi gambaran, Venice Biennale ke-54 yang berlangsung pada 2011 diikuti oleh 89 negara dan dikunjungi hampir 450.000 orang termasuk jurnalis dari berbagai belahan dunia. Jumlah pengunjung itu naik hampir 11% dibandingkan dengan penyelenggaraan 2009.

Selama 6 bulan penuh, para pecinta seni kontemporer dimanjakan dengan berbagai karya simbol peradaban manusia saat ini.

“Waktu berkunjung ke sana, saya begitu takjub melihat majunya seni kontemporer. Saya bisa lihat negara-negara seperti Arab Saudi, India, Bangladesh, mereka punya paviliun dan karya yang luar biasa. Di situ saya berpikir, kok kita nggak ada,” ujar Restu Imansari Kusumaningrum, Direktur Bumi Purnati Indonesia.

Bumi Purnati merupakan sebuah institusi yang bergerak di bidang seni pertunjukan, pameran, konsultasi seni, dan produser pameran berskala nasional maupun internasional.

Berangkat dari keprihatinan tersebut, Restu menuturkan dirinya mencoba menggagas hadirnya paviliun nasional Indonesia di ajang Venice Biennale ke-55 pada 2013. Berbagai upaya komunikasi dijalin dengan pihak penyelenggara agar Indonesia hadir di ajang tersebut.

Upaya yang akhirnya berbuah manis, ketika Indonesia untuk pertama kalinya dalam sejarah Venice Biennale akan memiliki paviliun resmi yang mengusung seni kontemporer di ajang kelas internasional.

“Syaratnya memang berat, kami harus bolak-balik ke Venezia untuk mengajukan diri agar Venice Bienalle tahun depan ada paviliun Indonesia. Akhirnya diterima, kami lebih terkejut  karena Indonesia akan punya tempat seluas 500 meter persegi di Arsenale,” jelasnya.

Kesempatan berada di koridor Arsenale juga terasa spesial. Arsenale merupakan satu dari dua area pameran utama di Venice Biennale yang tahun depan berlangsung mulai Juni—November.

Ibarat pasar malam, Arsenale dapat diasosiasikan sebagai ‘gang senggol’ yang bakal dikerubuti pecinta seni. Lokasi yang barang tentu diidam-idamkan peserta maupun kolektor seni. Hampir semua karya seni pilihan dari berbagai belahan dunia akan dipamerkan di paviliun Arsenale ini.

Pemerhati seni Carla Bianpoen berpendapat Indonesia sangat beruntung bisa berada di paviliun Arsenale, satu lokasi paling strategis dalam pameran Venice Biennale.

Salah satu yang menarik dari pameran Venice Bienalle ini, katanya hampir seluruh kolektor seni dari berbagai penjuru dunia hadir ke tempat ini. “Tahun lalu, miliuner Rusia Roman Abramovich menyempatkan hadir di sini,” jelasnya.

Roman Abramovich merupakan pengusaha minyak asal Rusia yang juga pemilik klub kenamaan Inggris, Chelsea.

Bumi Purnati Indonesia juga telah mengumumkan 5 seniman Indonesia yang akan mewakili Indonesia dalam Venice Biennale 2013. Mereka antara lain, Alberth Yonathan Setiawan, Sri Astari, Eko Nugroho, Entang Wiharso, dan Titarubi.

Rifky Efendi yang bertanggung jawab sebagai kurator menilai kehadiran Indonesia di paviliun utama tentu harus dibarengi dengan karya seni yang bermutu dari setiap artis yang terlibat.

“Bagaimana kita bisa menjadi beda dari lainnya, karena kita ada di ruang bergengsi,” paparnya ketika menjelaskan hasil pilihan terhadap seniman yang ikut serta dalam pameran tersebut.

Pilihan tentu tak bisa lepas dari unsur subyektifitas. Tapi, terlepas dari  itu kontingen Indonesia yang akan hadir di Venezia menampilkan seniman multigenerasi, kombinasi antara seniman senior dengan seniman muda berbakat.

Tulisan ini dimuat di halaman Oasis Bisnis Indonesia edisi 11 Agustus 2012

Tidak ada komentar: