Kamis, 26 Agustus 2010

BTN pede Kinerja Kredit Lampaui Target


PT Bank Tabungan Negara (BTN) Tbk optimistis penyaluran kredit pada semester II/2010 lebih dari Rp12triliun, mempertimbangkan kinerja semester I/2010 yang telah terdistribusi hingga 60% dari target penyaluran kredit tahun ini.

Direktur Utama BTN Iqbal Latanro menyatakan target penyaluran kredit BTN pada 2010 mencapai Rp20 triliun, naik 30% dari pencapaian tahun lalu sebesar Rp16 triliun.

“Target kami tahun ini Rp20 triliun, itu akan terlampaui. Kenapa saya berani mengatakan hal itu, sampai dengan posisi semester pertama tahun ini sudah mencapai 60% dan biasanya kita hampir double sampai akhir tahun,” ujarnya.

Mengacu kinerja perseroan yang diperoleh di semester pertama tahun ini, proyeksi penyaluran kredit BTN hingga akhir 2010 mencapai kisaran Rp24 triliun atau lebih tinggi 20% dari target yang dipatok.

Disamping itu, Iqbal menambahkan keyakinan itu sejalan dengan komitmen pemerintah melalui Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) yang akan menyelesaikan tunggakan kredit pemilikan rumah sederhana (KPRSh) dan kredit pemilikan rumah susun sederhana milik (rusunami) di sejumlah bank penyalur kredit.

“Kita bank penyalur KPR terbesar dengan pangsa pasar 97% dari seluruh kredit rumah bersubsidi. Beberapa tunggakan kredit, seperti rusunami di 2008-2009 sekarang sudah mulai dibayar, begitu pula landed house tahun ini juga dijanjikan akan selesai seluruhnya,” ungkapnya.

Adapun Kemenpera telah menyiapkan dana sebesar Rp416 miliar untuk merampungkan seluruh tunggakan kredit RSh dan rusunami, sebelum mulai mengimplementasikan skema subsidi perumahan melalui pola fasilitas likuiditias.

Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2010, Kemenpera mengalokasikan Rp2,6 triliun untuk menerapkan subsidi perumahah dengan skema fasilitas likuiditas ini.

Selain target penyaluran kredit, BTN menargetkan dana pihak ketiga (DPK) di 2010 akan mencapai Rp40,2 triliun, jumlah ini naik antara 12%-15% dibandingkan dengan 2009.

Manajemen yakin tingkat kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) tetap terjaga di level 2,7%, jauh dari angka aman yang ditetapkan Bank Indonesia paling tinggi 5%.

Minggu, 22 Agustus 2010

Bisnis Beras Genapkan Misi Tiga Pilar

PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk melebarkan sayap bisnis ke bidang komoditi beras, setelah berhasil menancapkan kekuatan industrinya sebagai salah satu perseroan yang matang di bidang makanan dan perkebunan.

Meski lini industri komoditi beras termasuk hal baru, perusahaan yang dipimpin Joko Mogoginto ini mematok bisnis ini akan mampu mendongkrak penjualan perseroan hingga 38% dari nilai penjualan total yang dipatok mencapai Rp986,13 miliar akhir tahun ini.

Direktur Keuangan PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk Sjambiri Lioe mengatakan pada tahun pertama memulai bisnis ini, pihaknya menargetkan mampu menjual antara 70.000-75.000 ton beras.
Sebagai tahap awal menjalankan diversifikasi lini bisnis barunya tahun ini, perseroan menyiapkan dana sedikitnya Rp100 miliar yang sebagian besar dipakai untuk sewa gudang tempat penyimpanan beras.

“Ini tidak termasuk belanja modal kita tahun ini. Karena bisnis baru kita ini termasuk bisnis barang komoditi,perbankan cukup mudah memberi pinjaman. Kira-kira Rp100 miliar yang kita keluarkan untuk modal kerja, sewa gudang penyimpanan dan lainnya,”

Di bisnis komoditi beras ini, perseroan menggandeng Induk Koperasi Usaha (Inkud) di 27 lokasi yang tersebar di sembilan provinsi. Adapun tahun ini, perseroan baru mengambil beras di tujuh lokasi pada dua provinsi.

Sjambiri menegaskan pihaknya tidak ingin terjebak pada besaran target yang dipatok perseroan dalam mengembangkan sayap bisnis barunya ini.

“Dengan jumlah target 70.000-75.000 ton itu sepertinya jumlah besar, tapi kita harus lihat juga produksi beras nasional. Produksi padi kita tahun ini mencapai 64 juta ton, taruhlah yang dikonversi ke beras itu 0,65-0,67, jumlah ini masih relatif kecil,” tuturnya.

Presiden Direktur PT Tiga Pilar Sejahtera Joko Mogoginto menambahkan sayap usaha ini semakin memantapkan pilar usaha perseraon ini yang sebelumnya fokus di bidang makanan, seperti pembuatan mie kering dan permen serta satu bidang usaha perkebunan.

“Dengan demikian pilar kita saat ini makanan, perkebunan dan beras. Sementara kita punya bisnis power plant dan kita jual, kami tidak masukkan sebagai salah satu pilar kita saat ini. Tetap kita masukkan tetapi bukan utama, kontribusinya masih kecil,” jelasnya.

Sepanjang semester I/2010, perusahaan yang pabrik produksinya berada di Masaran Sragen Jawa Tengah ini membukukan nilai penjualan hingga Rp302,74 miliar atau naik 5,84% dibandingkan dengan semester I/2009 sebesar Rp286,04 miliar.

Peningaktan penjualan ini berkontribusi pada naiknya pendapatan bersih perseroan hingga 25,25% menjadi Rp24,75 miliar di semester pertama tahun ini, setelah periode sama sebelumnya mencetak pendapatan bersih Rp19,76 miliar.

Selasa, 17 Agustus 2010

Pasar lebih pede timbang Pak Beye

Pemerintah telah mengumumkan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2011 yang disampaikan secara langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di depan parlemen, Senin 16 Agustus 2010.

Asumsi makro yang disampaikan pemerintah mengacu pada kondisi perekonomian domestik dan internasional dengan komposisi pertumbuhan ekonomi dipatok 6,3%, laju inflasi di kisaran 5,3%, suku bunga Bank Indonesia tetap bertahan di level 6,5% serta nilai tukar rupiah Rp9.300.

Dibandingkan dengan asumsi makro RAPBN 2010, saat itu pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5%, laju inflasi 5%, nilai tukar rata-rata per dolar AS sebesar Rp10.000, praktis yang diumumkan presiden awal pekan ini memberi kepercayaan bagi pelaku pasar.

Bahkan dalam pidatonya, Presiden SBY optimistis dengan arah perkembangan yang positif pertumbuhan ekonomi di 2010 ini, diperkirakan dapat mencapai 6,0 persen, lebih tinggi dari perkiraan semula.

Kepercayaan pemerintah dengan asumsi makro yang disusun, rupanya cukup ditanggapi dingin oleh pelaku pasar. Sejak diumumkan nota keuangan tersebut, indeks saham masih berjalan gontai.

Meski pekan ini, indeks harga saham gabungan (IHSG) diprediksi menembus level 3.100, laju indeks masih terlihat perlahan.

Dalam sebuah sesi wawancara, Kepala Riset PT Mega Capital Indonesia Danny Eugene menyatakan pemerintah kurang berani melakukan penetrasi dengan mematok asumsi makro yang lebih pro-pasar.

Dia melihat dari sisi asumsi nilai tukar rupiah terhadap dolar masih cukup tinggi di level Rp9.300, sementara pemerintah di 2011 kemungkinan masih akan kebanjiran "hot money" dari kalangan investor yang ingin berinvestasi short term.

Sepertinya halnya tahun ini, pemerintah masih mengandalkan instrumen penerbitan surat berharga negara (SBN) sebagai penopang pendapatan.

Kebijakan ini berpotensi mendorong permintaan terhadap rupiah yang cukup tinggi, seiring minat investor asing cukup besar menggelontorkan dana segarnya membeli SBN.

"Semestinya nilai tukar bisa Rp8.500-Rp8.700," katanya.

Pelaku pasar rupanya lebih optimistis ketimbang SBY, mengingat kemungkinan peluang naiknya posisi invesment grade Indonesia ke level yang lebih baik.

Naiknya investment grade ini seolah memberi sinyal, mulai membaiknya kepercayaan pemodal berinvestasi di dalam negeri, meskipun skala investasinya masih akan banyak terjadi di pasar uang.

Walaupun deretan angka yang disampaikan ini masih sebatas asumsi dan masih berpeluang direvisi, kebijakan yang ditempuh pemerintah terkesan masih cukup hati-hati.

Seperti dalam setiap pidato maupun sambutannya, presiden selalu memberi instruksi, pesan dan himbauan. Mari kita pertajam fokus dan prioritas alokasi belanja negara untuk mencapai empat pilar pembangunan kita, yaitu: pro pertumbuhan ekonomi; pro penciptaan lapangan kerja; pro pengentasan kemiskinan; dan pro lingkungan hidup.

Pesan sejenis dan berulang yang sering terucap sejak 2004 lalu. Salam.