Rabu, 06 Agustus 2014

Produsen Bakmi Sponsor MU



www.nytimes.com

Wah, rupanya lama juga saya tak mengisi blog ini. Blog tempat saya belajar menulis dan menyanyi (halah...). 

Dari arsip terakhir yang tertera, terakhir tulisan saya soal konstelasi politik pemilihan gubernur DKI Jakarta pada Oktober 2012.

Menarik sebenarnya mengurai catatan itu, tetapi sebagai pemanasan, saya memilih tidak terlalu berkutat dengan tulisan berdimensi politik.

Saya lebih tertarik dengan kiprah Nissin Foods Holdings Co.Ltd., perusahaan mi instan asal Jepang yang menjadi sponsor resmi klub raksasa Inggris Manchester United.

Mengapa? Membaca sejenak latar belakangnya, perusahaan mi ini sudah berdiri sejak 1948. Pendirinya Momofuku Ando. Kini, generasi penerusnya Koki Ando. Bukan tidak mungkin, ini perusahaan keluarga secara turun temurun.

Perusahaan ini memiliki 528 anak usaha dengan 8.357 konsolidasi atau saling terafiliasi.

Situs resmi manutd.com melansir bahwa manajemen klub menandatangani kemitraan dengan Nissin Foods, produsen mi instan yang mengklaim memiliki pangsa pasar hingga 80 negara. Produksinya hampir 105 miliar per tahun.

Nissin Foods bukanlah perusahaan pertama asal Jepang yang menjadi sponsor MU. Ada Yanmar, perusahaan mesin diesel, pabrik cat Kansai Paint, Kagome-perusahaan makanan, serta beberapa perusahaan lainnya.

Masuknya perusahaan menjadi sponsor resmi MU memang sejalan dengan penetrasi klub raksasa Inggris itu dalam mengembangkan bisnisnya di pasar Asia. Apalagi, dalam kurun waktu satu dekade terakhir, MU tak jarang menggunakan jasa pemain asal Asia Timur, seperti Jepang dan Korea Selatan.

Sebut saja era emas Park Ji Sung, gelandang asal Korsel yang bersinar di MU. Lalu disusul Shinji Kagawa, pemain asal Jepang yang merumput di Old Trafford.

Kembali lagi soal perusahaan mi ramen, Nissin Foods, perusahaan yang berdiri sejak 1948 ini mempunyai kapitalisasi pasar tak kurang dari 661,32 miliar Yen atau setara dengan Rp75,85 triliun.

Bahkan, kapitalisasi pasar Nissin Foods ini masih jauh di bawah sejumlah perusahaan papan atas Indonesia, seperti PT Astra International Tbk. dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. yang memiliki market cap di atas Rp200 triliun.

Bukan lantas saya berpikir bahwa kita kalah. Maskapai penerbangan nasional PT Garuda Indonesia Tbk. namanya pernah terpajang di papan iklan sisi stadion Anfield, markas besar klub Inggris Liverpool.

Catatan saja, kapitalisasi pasar Garuda Indonesia saat ini baru sekitar Rp11 triliun. Sejauh ini, Garuda Indonesia juga menjadi official partner Liverpool.

Demikian pula kiprah perusahaan lainnya, seperti PT Bank Negara Indonesia Tbk. dengan Chelsea ataupun PT Bank Danamon Indonesia Tbk. yang memiliki lisensi penerbitan kartu berlogo MU.

Lepas dari itu semua, rasanya satu yang dapat digarisbawahi. Industri sepak bola memang sudah bergeser dari sekedar olahraga, menjadi mesin penggerak uang yang luar biasa. Pasar Asia menjadi target utama, karena data menunjukkan kawasan ini tangguh terhadap resesi.

Catatan terkait: 



Tidak ada komentar: