Sabtu, 21 Juli 2012

Sampul Surat Untuk Sang Presiden


Suhari dan koleksinya

Panggilan singkatnya Pak Hari, nama panjangnya Suhari. Usianya memasuki 52 tahun, namun semangat menjalani hobi yang ditekuninya masih menyala-nyala. Hobi yang tergolong ‘wah’ untuk seorang petani seperti dirinya.

Boleh disebut ‘wah’ karena Pak Hari mempunyai kegemaran dengan filateli atau hobi mengoleksi perangko dan benda pos. Tak sedikit yang memandang filateli merupakan kegemaran kaum berada. Meski, sejatinya hobi ini bisa dilakukan oleh siapa saja tanpa mengenal kasta.

Menekuni filateli tak sekedar butuh ketelitian dan presisi, namun perlu juga wawasan tinggi. Bicara filateli sama saja mendiskusikan sejarah. Ada cerita panjang di balik lahirnya sepucuk sampul surat maupun selembar perangko.

Dan, Pak Hari yang sehari-hari bertani di Pontianak Kalimantan Barat termasuk yang ingin mengupas keping demi keping cerita sejarah itu.

“Saya punya hobi seperti ini malah ada yang mengira orang gila. Ada yang bilang ngapain juga aneh-aneh ngumpulin benda-benda seperti itu. Hobi seperti ini biasanya identik dengan orang kaya, lah saya cuma petani,” ujarnya.

Koleksi benda pos yang paling dijaga Pak Hari hanyalah sekumpulan sampul surat. Sekilas, sampul surat itu biasa saja. Beberapa diantaranya merupakan sampul surat polos dengan perangko yang harganya tak lebih dari Rp1.500.

Ada beberapa koleksi sampul surat Pak Hari memiliki tema khusus. Biasanya, sampul tema khusus ini merupakan hasil kreasi dirinya dengan beberapa rekan komunitas filateli di Pontianak, saat daerah itu menggelar hajatan besar.

“Misalnya ada hari ulang tahun pemerintah daerah, kami buat desain sampul yang sesuai dengan tema. Kita cetak lalu di launching bertepatan dengan acara tersebut. Pinter-pinter kita sajalah membuat kegiatan dengan teman-teman filatelis,” kata pria yang lahir di Yogyakarta ini.

Sampul surat biasa, di tangan Hari berubah menjadi luar biasa. Itu karena sebagian besar koleksi sampul surat miliknya memiliki tanda tangan tokoh nasional maupun pejabat daerah. Semua koleksi tersebut rapi tersimpan dalam beberapa album.

Sejumlah tokoh yang secara khusus membubuhkan tanda tangan dalam sampul surat koleksinya, antara lain mantan Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie dan mantan Presiden Amerika Serikat Bill Clinton.

Nama lain yang tanda tangannya tertinggal di sampul surat miliknya seperti M. Nuh saat masih menjabat Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), termasuk tanda tangan menteri penggantinya saat ini, Tifatul Sembiring.

Ada pula nama Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Kalbar 2001 Nurudin Usman. “Ada kisah menarik setelah saya dapat tanda tangan Pak Kapolda ini. Saya jalan kemana-mana saya dikawal sama polisi,” katanya terbahak.

Saat berlangsung kegiatan Festival Penyanyi Lagu Melayu ke-2 Tingkat Nasional 2011 yang berlangsung di Kalbar, Pak Hari juga berhasil mendapatkan sampul surat yang ditandatangani langsung oleh Direktur Utama Radio Republik Indoneia (RRI) Rosarita Niken Widiastuti.

Lantas, bagaimana ceritanya dia bisa mendapatkan tanda tangan langsung dari BJ. Habibie dan Bill Clinton ?
Awalnya, Pak Hari hanya mengirim selembar surat permohonan kepada Presiden BJ. Habibie untuk menandatangani sampul surat yang akan dikirimnya. Kejadian ini berlangsung sekitar 1998.

Surat permintaan itu dikirim ke Jakarta hanya dengan alamat singkat yang ditujukan ke Presiden Habibie di istana negara.

“Saya nggak tau alamat persisnya. Ya sudah, cuma saya tulis kepada presiden dengan alamat istana negara. Saya terkejut, ternyata surat saya dibalas. Di dalamnya sudah ada sampul surat bergambar Pak Habibie, lengkap dengan perangko dan tanda tangan,” kenangnya.

Sejak peristiwa inilah, Pak Hari kian bersemangat memburu tanda tangan sejumlah tokoh besar.
Demikian pula saat berkorespondensi dengan Presiden AS Bill Clinton. Dia meminta tolong rekannya yang mampu berbahasa Inggris untuk menuliskan sepucuk surat yang ditujukan ke Clinton.

Hanya menuliskan nama Bill Clinton dengan alamat tujuan gedung putih, surat berbiaya perangko kiriman Rp12.000 tersebut terbang ke Negeri Paman Sam.

“Ternyata memperoleh balasan. Uniknya, balasan Presiden Clinton malah pakai bahasa Indonesia. Didalamnya ada kartu namanya juga. Sampai sekarang sampulnya masih ada, kalau isi suratnya sudah hilang,” jelasnya.

Kini, tokoh negeri yang tengah dinanti berkenan membubuhkan tanda tangan di sampul surat miliknya adalah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Sudah beberapa kali, dia mencoba mengirim surat beserta sampul yang terbungkus didalamnya untuk sang presiden.

Hanya saja, sampai sekarang jawaban lewat goresan tanda tangan itu tak kunjung tiba. “Mungkin diperiksa dulu sama ajudannya. Tapi saya nggak akan menyerah. Saya masih mikir kira-kira sampul apa yang pas dengan kesukaan beliau,” tuturnya.

Terlahir sebagai seorang petani, Suhari memang kerap dipandang sebelah mata terutama saat membicarakan masalah tingkat pendidikan. Namun, itu semua yang membuat niatnya terus maju dengan semangat menyala-nyala.

Tulisan ini sudah terbit di halaman Oasis Bisnis Indonesia edisi Sabtu 21 Juli 2012

Tidak ada komentar: