Sabtu, 20 Desember 2008

Laskar NgeLAngi, Gado-Gado Menyegarkan

Demam Laskar Pelangi. Buku pertama dari tetralogi karya Andrea Hirata itu memang cukup menyengat. Tanpa menisbikan karya sastra lain yang hadir, tapi boleh dibilang novel yang telah diadopsi ke layar lebar ini paling laris manis sepanjang tahun ini.


Begitu fenomenalnya novel Laskar Pelangi dengan polesan latar belakang kehidupan di Pulau Belitung, yang eksotik tidak mengherankan jika karya itu coba diolah ke dalam bentuk seni pertujukan lainnya.

Jika saja, Andrea Hirata hadir di Teater Arena Taman Budaya Surakarta (TBS) Jumat malam (19 Desember 2008), entah sekedar senyum kecut atau riang tawa gembira sepanjang acara, bakalan muncul dari bibirnya.

Cerita novel Laskar Pelangi yang sarat dengan pesan persahabatan serta riak perjuangan tokoh-tokoh cerita didalamnya yang haus akan ilmu pengetahuan tersebut, dibawa dengan alur bergenre drama parodi.

Inilah kekuatan cerita parodi. Mengusung tuntas judul plesetan "Laskar NgeLAngi" tetapi cerita yang mengalir didalamnya mentransfer secara habis-habisan lakon Sam Pek Eng Tay.


Lebih menggelikan lagi, satu tokoh dalam cerita itu menampilkan sosok Syeh Puji-tokoh asal Ambarawa Semarang yang sempat mencuat saat menikahi gadis berusia 12 tahun.

Sehingga, untuk merunut cerita sesungguhnya, parodi ini mengolah semua kemasan sesuai aslinya maupun dibumbui kejadian sehari-hari dengan gaya yang ringan dan khas.

Tak heran, untuk mewakili aroma Sam Pek Eng Tay-nya, pernak-pernik cerita yang dominan muncul didalamnya kental dengan aroma Tiongkok. Mulai dari tata panggung sampai kostum pemainnya.

Soal bahasa, jangan kuatir dengan gaya sajian Paroden Basah. Memaksakan diri dengan bahasa Mandarin, pastinya mereka pun tak sanggup, alhasil dialog mandarin dengan sedikit aksen Indonesia tetapi lebih kental Jawa ngoko-nya itulah yang memancing hadirnya tawa sekitar 300 penonton.

Tengok saja personilnya, namanya cukup Njawa Hollywood diantaranya Mamang Tse, Leonarto, Budi Kocrit, Ira Irawan dan Angga Radio Rusak.

Seperti dugaan saya sebelumnya, pertunjukan berdurasi dua jam itu akan mampu menyedot adrenalin tawa, seperti kemasan cerita Paroden Basah sebelumnya.

Ketika pertunjukan itu usai, penonton pun sudah tak peduli alur cerita yang mengalir dan hubungan antara Laskar Pelangi-Sam Pek Eng Tay. Mereka hanya hadir demi memenuhi keceriaan, peduli pada kepuasan, tertawa lepas dan sesaat menyeberang dari rutinitas keseharian.






Tidak ada komentar: