Selasa, 18 September 2012

Negara Tanpa Negarawan ?


Bagi saya,  Kamis sore (13/09) di Puri Ratna Hotel Sahid Jaya Jakarta merupakan hari spesial bagi mantan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Adhyaksa Dault. Hari itu, Adhyaksa meluncurkan sebuah buku.

Namun, acara tersebut lebih dari sekedar peluncuran buku. Hari itu bertepatan dengan ulang tahun ibunda Adhyaksa Dault. Di tengah acara peluncuran bukunya, sebagian tokoh yang masuk dalam daftar undangannya terlihat hadir.

Baris terdepan, duduk bersama dirinya ada mantan Wakil Presiden RI Tri Sutrisno, disebelahnya duduk dengan gagah Ketua Dewan Pembina Partai Nasional Demokrat (Nasdem) Surya Paloh, bersama Wakil Ketua DPR Pramono Anung.

Masih dalam lingkaran meja yang sama, terdapat tokoh Partai Amanat Nasional (PAN) yang juga Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan yang duduknya tak jauh dari kursi sang Ketua Umum Hatta Rajasa.

Setelah Adhyaksa Dault memberi sambutan pengantar peluncuran buku “Menghadang Negara Gagal” yang disampaikan dengan meletup-letup, empat tokoh yang berada satu meja dengan dirinya satu per satu memberi pandangannya.

Senin, 03 September 2012

Raja Asia, Martir Sepakbola Eropa

Presiden UEFA Michael Platini

Bayang-bayang krisis keuangan masih menghantui negara di kawasan Eropa. Analisa yang dirilis lembaga keuangan memperkirakan resesi di negara-negara bermata uang Euro tersebut masih akan berlangsung hingga 2013.

Lembaga keuangan global, International Monetary Fund (IMF) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi dunia bakal terkoreksi menjadi 3,5% pada tahun ini dan 3,9% pada 2013. Padahal, publikasi yang dirilis April lalu, IMF masih yakin perekonomian global bertahan di level 3,6% (2012) dan 4,1% (2013).

Turunnya proyeksi pertumbuhan ekonomi ini tak lepas dari berlarutnya penyelesaian krisis utang sejumlah negara zona Euro. Menurut kesimpulan IMF, perbaikan ekonomi dunia akan tergantung dari proses pemulihan Eropa dan Amerika Serikat.

Lesunya ekonomi global ini makin parah dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang.

Brasil, Rusia, India, dan China (BRIC) yang diharapkan menjadi penyangga perekonomian global, tak kuat menahan beban dan terdampar ke dalam persoalan yang kurang lebih sama.